Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual menuju kesimpulan umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki. Dengan begitu hukum yang disimpulkan dari fenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki. Oleh karna itu hukum yang dihasilkan oleh penalaran ini, juga semua bentuk penalaran yang induktif tidak sampai kepada kebenaran pasti, tetapi kebenaran kepada kemungkinan besar (probability). Pada penalaran deduksi, kesimpulan yang kita dapatkan bila premisnya kita yakini kebenarannya, dengan prosedur yang valid akan dihasilkan kesimpulan yang pasti. Jika kita mengakui bahwa setiap orang jepang rajin dan Hanoko adalah orang jepang, maka kesimpulan yang dihasilkan yaitu; Hanoko adalah rajin dalah benar pasti.
Sedangkan pada penalaran serupa;
- Pedagang Pasar Johar ….. Jujur
- Pedagang Pasar Johar ….. Jujur
- Pedagang Pasar Johar ….. Jujur
- Pedagang Pasar Johar ….. Jujur
- Pedagang Pasar Johar ….. Jujur
- Pedagang Pasar Johar…..Jujur
- Semua Pedagang Pasar Johar Jujur; hanya mempunyai kebenaran probabilitas.
Berdasarkan kuantitas fenomena yang menjadi dasar penyimpulan, generalisasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu Generalisasi sempurna dan Generalisasi sebagian atau Generalisasi tidak sempurna.
- Generalisasi semprna adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Misalnya setelah kita memperhatikan jumlah hari pada setiap bulan tahun Masehi kemudian disimpulkan bahwa: Semua bulan masehi mempunyai hari tidak lebih dari 31. Dalam penyimpulan ini, keseluruhan fenomena yaitu jumlah hari yang kita selidiki pada setiap bulan kita selidiki tanpa ada yang kita tinggalkan. Generalisasi macam ini memberikan kesimpulan amat kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi tentu saja tidak praktis dan tidak ekonomis.
- Generalisasi tidak sempurna yaitu generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki. Misalnya kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah manusia yang suka bergotong royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong royong, maka penyimpulan ini adalah generalisasi tidak sempurna.
Untuk menguji apakah generalisasi yang diujikan cukup kuat untuk dipercaya dapat kita gunakan evaluasi sebagai berikut;
- Apakah sample yang digunakan secara kuantitatif cukup mewakili. Memang tidak ada ukuran yang pasti berapa jumlah fenomena individual yang diperlukan untuk dapat menghasilkan kesimpulan yang terpercaya. Untuk menentukan jenis darah seseorang cukup dengan satu titik darinya. Untuk menentukan kadar kejernihan air sungai cukup dengan satu gelas atau lebih sedikit dari itu. Untuk merumuskan semua benda padat memuai bila dipanaskan cukup dengan tiga atau empat fenomena. Sebaliknya untuk menentukan faktor dominan apakah yang menjadi sebab kejahatan tidak cukup mendasarkan kepada seseorang saja, demikian juga untuk menentukan watak umum suku jawa. Semakin banyak jumlah fenomena yang digunakan semakin kuat kesimpulan yang dihasilkan, meskipun kita tidak boleh menyatakan bahwa dua kali jumlah fenomena individual akan menghasilkan dua kali kadar keterpercayaan.
- Apakah sampel yang digunakan berfariasi. Untuk menentukan kadar minat dan kesadaran berkoperasi sebagai system ekonomi yang diharapkan bagi bangsa Indonesia , harus diteliti dari berbagai suku bangsa, berbagai lapisan penghidupan, berbagai pendidikan dan berbagai usia. Semakin banyak fariasi sampel, semakin kuat kesimpulan yang dihasilkan.
- Apakah dalam generalisasi itu diperhitungkan hal-hal yang menyimpang dengan fenomena umum atau tidak. Kekecualian-kekecualian harus diperhitungkan juga, terutama jika kekecualian itu cukup besar jumlahnya. Dalam hal kekecualian yang cukup besar tidak mungkin digunakan generalisasi. Bila kekecualian sedikit jumlahnya harus dirumuskan hati-hati; kata-kata seperti semua, setiap, selalu, tidak pernah, selamanya dan sebagainya harus dihindari. Pemakaian kata hampir seluruhnya, sebagian besar, kebanyakan harus dipertimbangkan berdasarkan atas pertimbangan rasional yang cermat. Semakin cermat faktor-faktor pengecualian yang dipertimbangkan, semakin kuat kesimpulan yang dipertimbangkan.
- Apakah kesimpulan yang dirumuskan konsisten dengan fenomena individual. Kesimpulan yang dirumuskan haruslah merupakan konsekuen logis dari fenomena yang dikumpulkan, tidak boleh memberikan tafsiran menyimpang dari data yang ada. Misalnya penyelidikan tentang faktor utama penyebab rendahnya prestasi akademik mahasiswa IAIN. Apabila data dari setiap individu dari sampel yang diselidiki ditemukan faktor-faktor lemahnya penguasaan bahasa asing. Miskin literaturini tidak merupakan konsekwensi logis dari fenomena yang dikumpulkan. Kesimpulan ini lemah karena meninggalkan dua faktor analogi, yakni; kurang berdiskusi dan banyaknya jenis mata kuliah. Kesimpulan akan lebih lemah lagi bila hanya menyebut karena lemahnya penguasaan bahasa asing. Semakin banyak faktor-faktor analogi yang ditinggalkan semakin lemah kesimpulan yang dihasilkan.
D. Generalisasi Yang Salah
Kita telah mengetahui bahwa tingkat kepercayaan suatu generalisasi tergantung bagaimana tingkat terpenuhinya jawaban atas evaluasi sebagaimana tersebut di atas. Semakin terpenuhinya syarat-syarat tersebut semakin tinggi tingkat keterpercayaan generalisasi dan begitu pula sebaliknya.
Bagaimanapun juga ada kecendrungan umum untuk membuat generalisasi berdasarkan fenomena yang sangat sedikit sehingga tidak mencukupi syarat untuk dibuat generalisasi. Dalam kehidupan sehari-hari kekeliruan seperti ini sering sekali terjadi. Kita mendengar ungkapan seperti: Dia adalah mahasiswa kenapa memecahkan masalah seringan itu tidak bias; kalau begitu dia adalah bodoh; Dia memng tidak suka membayar utang terbukti uangku tidak pernah dikembalikannya. Sering benar orang menyimpulkan keadaan cuaca dari suatu tempat hanya semata-mata berdasarkan apa yang dialaminya seketika itu;seperti: Desa ini adalah daerah basah; Desa ini adalah daerah kering; dan sebagainya. Juga sering kita dengar orang membuat generalisasi atas suatu desa sebagai desa yang tidak ramah atau desa yang ramah, semat-mata berdasarkan sifat dua atau tiga orang yang ditemuinya. Ketika kita sekali bepergian dengan salah satu bis dari perusahaan X dan dilayani tidak menyenangkan kita hanyut pada generalisasi yang salah kerena tidak kemudian menyatakan bahwa pelayanan perusahaan bis X tidak bagus.
Juga tidak jarang kita mendengar pernyataan yang ceroboh seperti: Musim panas yang basah selalu diikuti oleh musim panas yang kering; (berdasarkan dua atau satu musim panas yang diketahuainya). Anak tertua selalu mempunyai kecerdasan yang lebih baik dari anak yang termuda; atau anak terrmuda selalu lebih rendah intelegensinya dari pada anak tertua; Orang yang berambut merah mempunyai tempramen tinggi dan sebagainya.
Tidak jarang dikalangan orang-orang terdidik sering tercetus kepermasalahan yang bersifat generalisasi yang salah seperti: Peredaran uang, sekali mengalami inflasi tidak akan bias dikendalikan; Setiap peradapan tumbuh melalui fase sirkuler ; tumbuh, berkembang, matang, menurun dan akhirnya hancur; Sejarah selalu mengulangi dirinya; Pemerintah demokrasi adalah jelek; Orang kaya bisa sukses karena ia kikir dan sebagainya.
E. Generalisasi Empirik Dan Generalisasi Dengan Penjelasan
Sebagai mana telah disebut bahwa generalisasi (sudah barang tentu generalisasinya tidak sempurna) tidak pernah mencapai tingkat keterpecayaan mutlak namun kesimpulan yang dihasilkannya menjadi terpercaya manakala memenuhi empat syarat yang telah kita ketahui. Apabila generalisasi ini kemudian disertai dengan penjelasan mengapanya maka kebenaran yang dihasilkan akan lebih kuat lagi. Generalisasi yang tidak disertai dengan penjelasan mengapanya atau generalisasi yang berdasarkan fenomenanya semata-mata disebut generalisasi empirik.
Kebanyakan generalisasi pada kehidupan kita adalah generalisasi empirik, yang berjalan bertahun-tahun dan bahkan berbad-abad sampai akhirnya dapat diterangkan. Telah diketahui berdasarkan generalisasi bahwa tanah yang ditanami secara bergantian dengan jenis lain secara teratur akan menghasilkan panen yang lebih baik disbanding jika ditanami dengan tanaman yang selalu sejenis. Ini telah diketahui sudah sejak berabad-abad tetapi sudah sedemikian jauh masih merupakan generalisasi empirik.
Dengan kata lain bahwa pak tani mengetahui dan ia dapat mengambil manfaat bahwa menanam dengan bergantian jenis akan menghasilkan panen yang lebih baik, tetapi ia tidak mengetahui mengapa demikian. Setelah bertahun-tahun manusia mendasarkan tindakannya atas pengetahuan yang semata-mata empirik kemudian menemukan rahasianya bahwa pergantian jenis tanaman akan menghasilkan kesuburan bagi tanah inilah yang menyebabkan pemanenan lebih baik.
F. Generalisasi Ilmiah
Generalisasi ilmiah tidak berbeda dengan generalisasi biasa, baik dalam bentuk maupun permasalahanya. Perbedaan utama terletak pada metodenya, kualitas data serta ketepatan dalam perumusannya. Generalisasi dikatakan sebagai penyimpulan karena apa yang ditemui dalam observasi sebagai sesuatu yang benar, maka akan benar pula sesuatu yang tidak akan diobservasi, pada masalah yang sejenis; atau apa yang akan terjadi pada sejumlah kesempatan yang lain bila kondisinya yang sama terjadi.
Tanda-tanda penting dari generalisasi ilmiah adalah
- Datanya dikumpulkan dengan observasi yang cermat, dilaksanakan oleh tenaga terdidik serta mengenal baik permasalahannya. Pencatatan observasi harus dilakukan dengan tepat, menyeluruh dan teliti; Pengamatan dan hasilnya dibuka kemungkinan adanya cek oleh peneliti terdidik lainya.
- Adanya penggunaan instrument untuk mengukur serta mendapatkan ketepatan serta menghindari kekeliruan sejauh mungkin.
- Adanya pengujian, perbandingan serta klasifikasi fakta.
- Pernyataan generalisasi jelas, sederhana menyeluruh dinyatakan dengan term yang padat dan matematik.
- Observasi atas fakta-fakta expremetal hasilnya dirumuskan dengan memperhatikan kondisi yang bervariasi misalnya waktu tempat dan keadaan khusus lainnya.
- Dipublikasikan untuk memingkinkan adanya pengujian kembali, kritik dan pengetesan atas generalisasi yang dibuat.
Ciri tersebut diatas tidak saja berlaku bagi generalisasi ilmiah, tetapi juga pada interprestasi ilmiah atas fakta-fakta. Biasanya kita tidak dapat melakukan pengetesan atas generalisasi ilmiah tersebut. Kita hanya mengikuti bagaimana penilaian para ahli yang mempunyai otoritas pada bidang permasalahannya.
0 komentar:
:18 :19 :20 :21 :22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29 :30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37 :38 :39
Posting Komentar
Komentar anda sangat penting bagi kami, silahkan berkomentar sesuai dengan isi judul postingan. Komentar yang berbau sara atau pornografi akan kami hapus. Buatlah diri anda senyaman mungkin di blog kami. Terimakasih..!