PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN
- Muka merah
- Pandangan tajam
- Otot tegang
- Nada suara tinggi
- Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak
- Memukul jika tidak senang
- Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
- Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
- Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
- Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
- Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya. (Budiana Keliat, 1999)
- Memperlihatkan permusuhan
- Mendekati orang lain dengan ancaman
- Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
- Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
- Mempunyai rencana untuk melukai
- Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.
- Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
- Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.
- Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
- Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
- Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya.
- Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang barang.
- Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya
- Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
- Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
- Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
- Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.
- Beri rasa aman dan sikap empati.
- Lakukan kontak singkat tapi sering.
- Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
- Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
- Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang.
- Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.
- Observasi tanda perilaku kekerasan.
- Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel / kesal yang dialami klien.
- Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
- Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
- Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai
- Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
- Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
- Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
- Tanyakan kepada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat
- Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
- Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.
- Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.
- Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal/ tersinggung.
- Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara – cara marah yang sehat, latihan asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan.
- Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.
- Bantu memilih cara yang paling tepat.
- Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
- Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
- Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
- Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
- Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga selama ini.
- Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
- Jelaskan cara – cara merawat klien
- Jelaskan jenis – jenis obat yang diminum klien pada klien dan keluarga.
- Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin dokter.
- Jelaskan prinsip 5 benar minum obat (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).
- Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
- Anjurkan klien melaporkan pada perawat / dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan.
- Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.
- Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
- Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
- Bina hubungan saling percaya,
- Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya.
- Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
- Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
- Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif
- Utamakan memberi pujian yang realistis.
- Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit
- Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah.
- Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan ( mandiri, bantuan sebagian, bantuan total ).
- Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
- Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
- Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
- Beri pujian atas keberhasilan klien.
- Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
- Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.
- Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
- Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
- Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
- Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis Mosby Year Book, 1995
- Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
- Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
- Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003
- Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000
- http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-pasien-dengan_5109.html
0 komentar:
:18 :19 :20 :21 :22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29 :30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37 :38 :39
Posting Komentar
Komentar anda sangat penting bagi kami, silahkan berkomentar sesuai dengan isi judul postingan. Komentar yang berbau sara atau pornografi akan kami hapus. Buatlah diri anda senyaman mungkin di blog kami. Terimakasih..!