PASIEN DENGAN KEHILANGAN
- Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah / kronis.
- Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis berhubungan dengan koping individu tak efektif sekunder terhadap respon kehilangan pasangan.
- Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas.
- Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
- Klien dapat membina hubungan saling perbaya dengan perawat.
- Klien dapat memahami penyebab dari harga diri : rendah.
- Klien menyadari aspek positif dan negatif dari dirinya.
- Klien dapat mengekspresikan perasaan dengan tepat, jujur dan terbuka.
- Klien mampu mengontrol tingkah laku dan menunjukkan perbaikan komunikasi dengan orang lain.
- Bina hubungan saling percaya dengan klien. R/ Rasa percaya merupakan dasar dari hubungan terapeutik yang mendukung dalam mengatasi perasaannya.
- Berikan motivasi klien untuk mendiskusikan pikiran dan perasaannya. R/ Motivasi meningkatkan keterbukaan klien.
- Jelaskan penyebab dari harga diri yang rendah. R/ Dengan mengetahui penyebab diharapkan klien dapat beradaptasi dengan perasaannya.
- Dengarkan klien dengan penuh empati, beri respon dan tidak menghakimi. R/ Empati dapat diartikan sebagai rasa peduli terhadap perawatan klien, tetapi tidak terlibat secara emosi.
- Berikan motivasi klien untuk menyadari aspek positif dan negatif dari dirinya. R/ Meningkatkan harga diri.
- Beri dukungan, Support dan pujian setelah klien mampu melakukan aktivitasnya. R/ Pujian membuat klien berusaha lebih keras lagi.
- Ikut sertakan klien dengan aktifitas yang R/. Mengikut sertakan klien dalam aktivitas sehari-hari yang dapat meningkatkan harga diri klien.
- Klien merasa harga dirinya naik.
- Klien mengunakan koping yang adaptif.
- Klien menyadari dapat mengontrol perasaannya.
- Membina hubungan saling percaya dan keterbukaan.
- Bekerja dengan klien pada tingkat kekuatan ego yang dimilikinya.
- Memaksimalkan partisipasi klien dalam hubungan terapeutik.
- Membantu klien menerima perasaan dan pikirannya.
- Membantu klien menjelaskan konsep dirinya dan hubungannya dengan orang lain melalui keterbukaan.
- Berespon secara empati dan menekankan bahwa kekuatan untuk berubah ada pada klien.
- Membantu klien menerima perasaan dan pikiran.
- Mengeksplorasi respon koping adaptif dan mal adaptif terhadap masalahnya.
- Membantu klien mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah.
- Membantu klien menkonseptualisasikan tujuan yang realistik.
- Membantu klien untuk melakukan tindakan yang penting untuk merubah respon maladaptif dan mempertahankan respon koping yang adaptif.
- Mengamati perilaku klien.
- Bersama klien membahas perasaannya.
- Menghargai perasaan klien.
- Mengidentifikasi dukungan yang positif dengan mengaitkan terhadap kenyataan.
- Memberikan kesempatan untuk menangis dan mengungkapkan perasaannya.
- Bersama klien membahas pikiran yang selalu timbul.
- Klien mampu melakukan perawatan diri secara optimal.
- Klien dapat mandi sendiri tanpa paksaan.
- Klien dapat berpakaian sendiri dengan rapi dan bersih.
- Klien dapat menyikat giginya sendiri dengan bersih.
- Klien dapat merawat kukunya sendiri.
- Libatkan klien untuk makan bersama diruang makan. R/. Sosialisasi bagi klien sangat diperlukan dalam proses menyembuhkannya.
- Menganjurkan klien untuk mandi. R/. Pengertian yang baik dapat membantu klien dapat mengerti dan diharapkan dapat melakukan sendiri.
- Menganjurkan pasien untuk mencuci baju. R/. Diharapkan klien mandiri.
- Membantu dan menganjurkan klien untuk menghias diri. R/. Diharapkan klien mandiri.
- Membantu klien untuk merawat rambut dan gigi. R/. Diharapkan klien mandiri
- ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KEHILANGAN
Pengertian
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Terlepas dari penyebab kehilangan yang dialami setiap individu akan berespon terhadap situasi kehilangan, respon terakhir terhadap kehilangan sangat dipengaruhi oleh kehilangan sebelumnya.
Elizabeth Kubler-rose,1969.h.51, membagi respon berduka dalam lima fase, yaitu : pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.
Rentang Respon Kehilangan
1. Fase Pengingkaran
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya atau mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang benar terjadi, dengan mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya itu terjadi “ atau “ itu tidak mungkin terjadi “. Bagi individu atau keluarga yang didiagnosa dengan penyakit terminal, akan terus mencari informasi tambahan.
Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah : letih, lemah, pucat, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam beberapa menit atau beberapa tahun.
2. Fase Marah
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan Individu menunjukkan rasa marah yang meningkat yang sering diproyeksikan kepada orang lain atau pada dirinya sendiri. Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menolak pengobatan, menuduh dokter-perawat yang tidak pecus. Respon fisik yang sering terjadi antara lain muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
3. Fase Tawar-menawar
Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia akan maju ke fase tawar-menawar dengan memohon kemurahan pada Tuhan. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata “ kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya akan sering berdoa “. Apabila proses ini oleh keluarga maka pernyataan yang sering keluar adalah “ kalau saja yang sakit, bukan anak saya”.
4. Fase Depresi
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang sebagai pasien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, perasaan tidak berharga, ada keinginan bunuh diri, dsb. Gejala fisik yang ditunjukkan antara lain : menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido manurun.
5. Fase Penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu berpusat kepada obyek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. Individu telah menerima kehilangan yang dialaminya. Gambaran tentang obyek atau orang yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatiannya akan beralih kepada obyek yang baru. Fase ini biasanya dinyatakan dengan “ saya betul-betul kehilangan baju saya tapi baju yang ini tampak manis “ atau “apa yang dapat saya lakukan agar cepat sembuh”.
Apabila individu dapat memulai fase ini dan menerima dengan perasaan damai, maka dia akan mengakhiri proses berduka serta mengatasi perasaan kehilangannya dengan tuntas. Tetapi bila tidak dapat menerima fase ini maka ia akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.
Diagnosa keperawatan - Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah / kronis.
- Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis berhubungan dengan koping individu tak efektif sekunder terhadap respon kehilangan pasangan.
- Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas.
- Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
- Klien dapat membina hubungan saling perbaya dengan perawat.
- Klien dapat memahami penyebab dari harga diri : rendah.
- Klien menyadari aspek positif dan negatif dari dirinya.
- Klien dapat mengekspresikan perasaan dengan tepat, jujur dan terbuka.
- Klien mampu mengontrol tingkah laku dan menunjukkan perbaikan komunikasi dengan orang lain.
- Bina hubungan saling percaya dengan klien. R/ Rasa percaya merupakan dasar dari hubungan terapeutik yang mendukung dalam mengatasi perasaannya.
- Berikan motivasi klien untuk mendiskusikan pikiran dan perasaannya. R/ Motivasi meningkatkan keterbukaan klien.
- Jelaskan penyebab dari harga diri yang rendah. R/ Dengan mengetahui penyebab diharapkan klien dapat beradaptasi dengan perasaannya.
- Dengarkan klien dengan penuh empati, beri respon dan tidak menghakimi. R/ Empati dapat diartikan sebagai rasa peduli terhadap perawatan klien, tetapi tidak terlibat secara emosi.
- Berikan motivasi klien untuk menyadari aspek positif dan negatif dari dirinya. R/ Meningkatkan harga diri.
- Beri dukungan, Support dan pujian setelah klien mampu melakukan aktivitasnya. R/ Pujian membuat klien berusaha lebih keras lagi.
- Ikut sertakan klien dengan aktifitas yang R/. Mengikut sertakan klien dalam aktivitas sehari-hari yang dapat meningkatkan harga diri klien.
- Klien merasa harga dirinya naik.
- Klien mengunakan koping yang adaptif.
- Klien menyadari dapat mengontrol perasaannya.
- Membina hubungan saling percaya dan keterbukaan.
- Bekerja dengan klien pada tingkat kekuatan ego yang dimilikinya.
- Memaksimalkan partisipasi klien dalam hubungan terapeutik.
- Membantu klien menerima perasaan dan pikirannya.
- Membantu klien menjelaskan konsep dirinya dan hubungannya dengan orang lain melalui keterbukaan.
- Berespon secara empati dan menekankan bahwa kekuatan untuk berubah ada pada klien.
- Membantu klien menerima perasaan dan pikiran.
- Mengeksplorasi respon koping adaptif dan mal adaptif terhadap masalahnya.
- Membantu klien mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah.
- Membantu klien menkonseptualisasikan tujuan yang realistik.
- Membantu klien untuk melakukan tindakan yang penting untuk merubah respon maladaptif dan mempertahankan respon koping yang adaptif.
- Mengamati perilaku klien.
- Bersama klien membahas perasaannya.
- Menghargai perasaan klien.
- Mengidentifikasi dukungan yang positif dengan mengaitkan terhadap kenyataan.
- Memberikan kesempatan untuk menangis dan mengungkapkan perasaannya.
- Bersama klien membahas pikiran yang selalu timbul.
- Klien mampu melakukan perawatan diri secara optimal.
- Klien dapat mandi sendiri tanpa paksaan.
- Klien dapat berpakaian sendiri dengan rapi dan bersih.
- Klien dapat menyikat giginya sendiri dengan bersih.
- Klien dapat merawat kukunya sendiri.
- Libatkan klien untuk makan bersama diruang makan. R/. Sosialisasi bagi klien sangat diperlukan dalam proses menyembuhkannya.
- Menganjurkan klien untuk mandi. R/. Pengertian yang baik dapat membantu klien dapat mengerti dan diharapkan dapat melakukan sendiri.
- Menganjurkan pasien untuk mencuci baju. R/. Diharapkan klien mandiri.
- Membantu dan menganjurkan klien untuk menghias diri. R/. Diharapkan klien mandiri.
- Membantu klien untuk merawat rambut dan gigi. R/. Diharapkan klien mandiri
- ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KEHILANGAN
Pengertian
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Terlepas dari penyebab kehilangan yang dialami setiap individu akan berespon terhadap situasi kehilangan, respon terakhir terhadap kehilangan sangat dipengaruhi oleh kehilangan sebelumnya.
Elizabeth Kubler-rose,1969.h.51, membagi respon berduka dalam lima fase, yaitu : pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.
Rentang Respon Kehilangan
1. Fase Pengingkaran
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya atau mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang benar terjadi, dengan mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya itu terjadi “ atau “ itu tidak mungkin terjadi “. Bagi individu atau keluarga yang didiagnosa dengan penyakit terminal, akan terus mencari informasi tambahan.
Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah : letih, lemah, pucat, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam beberapa menit atau beberapa tahun.
2. Fase Marah
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan Individu menunjukkan rasa marah yang meningkat yang sering diproyeksikan kepada orang lain atau pada dirinya sendiri. Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menolak pengobatan, menuduh dokter-perawat yang tidak pecus. Respon fisik yang sering terjadi antara lain muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
3. Fase Tawar-menawar
Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia akan maju ke fase tawar-menawar dengan memohon kemurahan pada Tuhan. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata “ kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya akan sering berdoa “. Apabila proses ini oleh keluarga maka pernyataan yang sering keluar adalah “ kalau saja yang sakit, bukan anak saya”.
4. Fase Depresi
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang sebagai pasien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, perasaan tidak berharga, ada keinginan bunuh diri, dsb. Gejala fisik yang ditunjukkan antara lain : menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido manurun.
5. Fase Penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu berpusat kepada obyek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. Individu telah menerima kehilangan yang dialaminya. Gambaran tentang obyek atau orang yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatiannya akan beralih kepada obyek yang baru. Fase ini biasanya dinyatakan dengan “ saya betul-betul kehilangan baju saya tapi baju yang ini tampak manis “ atau “apa yang dapat saya lakukan agar cepat sembuh”.
Apabila individu dapat memulai fase ini dan menerima dengan perasaan damai, maka dia akan mengakhiri proses berduka serta mengatasi perasaan kehilangannya dengan tuntas. Tetapi bila tidak dapat menerima fase ini maka ia akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.
Diagnosa keperawatan - Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah / kronis.
- Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis berhubungan dengan koping individu tak efektif sekunder terhadap respon kehilangan pasangan.
- Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas.
- Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
- Klien dapat membina hubungan saling perbaya dengan perawat.
- Klien dapat memahami penyebab dari harga diri : rendah.
- Klien menyadari aspek positif dan negatif dari dirinya.
- Klien dapat mengekspresikan perasaan dengan tepat, jujur dan terbuka.
- Klien mampu mengontrol tingkah laku dan menunjukkan perbaikan komunikasi dengan orang lain.
- Bina hubungan saling percaya dengan klien. R/ Rasa percaya merupakan dasar dari hubungan terapeutik yang mendukung dalam mengatasi perasaannya.
- Berikan motivasi klien untuk mendiskusikan pikiran dan perasaannya. R/ Motivasi meningkatkan keterbukaan klien.
- Jelaskan penyebab dari harga diri yang rendah. R/ Dengan mengetahui penyebab diharapkan klien dapat beradaptasi dengan perasaannya.
- Dengarkan klien dengan penuh empati, beri respon dan tidak menghakimi. R/ Empati dapat diartikan sebagai rasa peduli terhadap perawatan klien, tetapi tidak terlibat secara emosi.
- Berikan motivasi klien untuk menyadari aspek positif dan negatif dari dirinya. R/ Meningkatkan harga diri.
- Beri dukungan, Support dan pujian setelah klien mampu melakukan aktivitasnya. R/ Pujian membuat klien berusaha lebih keras lagi.
- Ikut sertakan klien dengan aktifitas yang R/. Mengikut sertakan klien dalam aktivitas sehari-hari yang dapat meningkatkan harga diri klien.
- Klien merasa harga dirinya naik.
- Klien mengunakan koping yang adaptif.
- Klien menyadari dapat mengontrol perasaannya.
- Membina hubungan saling percaya dan keterbukaan.
- Bekerja dengan klien pada tingkat kekuatan ego yang dimilikinya.
- Memaksimalkan partisipasi klien dalam hubungan terapeutik.
- Membantu klien menerima perasaan dan pikirannya.
- Membantu klien menjelaskan konsep dirinya dan hubungannya dengan orang lain melalui keterbukaan.
- Berespon secara empati dan menekankan bahwa kekuatan untuk berubah ada pada klien.
- Membantu klien menerima perasaan dan pikiran.
- Mengeksplorasi respon koping adaptif dan mal adaptif terhadap masalahnya.
- Membantu klien mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah.
- Membantu klien menkonseptualisasikan tujuan yang realistik.
- Membantu klien untuk melakukan tindakan yang penting untuk merubah respon maladaptif dan mempertahankan respon koping yang adaptif.
- Mengamati perilaku klien.
- Bersama klien membahas perasaannya.
- Menghargai perasaan klien.
- Mengidentifikasi dukungan yang positif dengan mengaitkan terhadap kenyataan.
- Memberikan kesempatan untuk menangis dan mengungkapkan perasaannya.
- Bersama klien membahas pikiran yang selalu timbul.
- Klien mampu melakukan perawatan diri secara optimal.
- Klien dapat mandi sendiri tanpa paksaan.
- Klien dapat berpakaian sendiri dengan rapi dan bersih.
- Klien dapat menyikat giginya sendiri dengan bersih.
- Klien dapat merawat kukunya sendiri.
- Libatkan klien untuk makan bersama diruang makan. R/. Sosialisasi bagi klien sangat diperlukan dalam proses menyembuhkannya.
- Menganjurkan klien untuk mandi. R/. Pengertian yang baik dapat membantu klien dapat mengerti dan diharapkan dapat melakukan sendiri.
- Menganjurkan pasien untuk mencuci baju. R/. Diharapkan klien mandiri.
- Membantu dan menganjurkan klien untuk menghias diri. R/. Diharapkan klien mandiri.
- Membantu klien untuk merawat rambut dan gigi. R/. Diharapkan klien mandiri
- ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KEHILANGAN
Pengertian
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Terlepas dari penyebab kehilangan yang dialami setiap individu akan berespon terhadap situasi kehilangan, respon terakhir terhadap kehilangan sangat dipengaruhi oleh kehilangan sebelumnya.
Elizabeth Kubler-rose,1969.h.51, membagi respon berduka dalam lima fase, yaitu : pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.
Rentang Respon Kehilangan
1. Fase Pengingkaran
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya atau mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang benar terjadi, dengan mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya itu terjadi “ atau “ itu tidak mungkin terjadi “. Bagi individu atau keluarga yang didiagnosa dengan penyakit terminal, akan terus mencari informasi tambahan.
Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah : letih, lemah, pucat, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam beberapa menit atau beberapa tahun.
2. Fase Marah
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan Individu menunjukkan rasa marah yang meningkat yang sering diproyeksikan kepada orang lain atau pada dirinya sendiri. Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menolak pengobatan, menuduh dokter-perawat yang tidak pecus. Respon fisik yang sering terjadi antara lain muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
3. Fase Tawar-menawar
Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia akan maju ke fase tawar-menawar dengan memohon kemurahan pada Tuhan. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata “ kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya akan sering berdoa “. Apabila proses ini oleh keluarga maka pernyataan yang sering keluar adalah “ kalau saja yang sakit, bukan anak saya”.
4. Fase Depresi
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang sebagai pasien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, perasaan tidak berharga, ada keinginan bunuh diri, dsb. Gejala fisik yang ditunjukkan antara lain : menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido manurun.
5. Fase Penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu berpusat kepada obyek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. Individu telah menerima kehilangan yang dialaminya. Gambaran tentang obyek atau orang yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatiannya akan beralih kepada obyek yang baru. Fase ini biasanya dinyatakan dengan “ saya betul-betul kehilangan baju saya tapi baju yang ini tampak manis “ atau “apa yang dapat saya lakukan agar cepat sembuh”.
Apabila individu dapat memulai fase ini dan menerima dengan perasaan damai, maka dia akan mengakhiri proses berduka serta mengatasi perasaan kehilangannya dengan tuntas. Tetapi bila tidak dapat menerima fase ini maka ia akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.
Diagnosa keperawatan - Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah / kronis.
- Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis berhubungan dengan koping individu tak efektif sekunder terhadap respon kehilangan pasangan.
- Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas.
- Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
- Klien dapat membina hubungan saling perbaya dengan perawat.
- Klien dapat memahami penyebab dari harga diri : rendah.
- Klien menyadari aspek positif dan negatif dari dirinya.
- Klien dapat mengekspresikan perasaan dengan tepat, jujur dan terbuka.
- Klien mampu mengontrol tingkah laku dan menunjukkan perbaikan komunikasi dengan orang lain.
- Bina hubungan saling percaya dengan klien. R/ Rasa percaya merupakan dasar dari hubungan terapeutik yang mendukung dalam mengatasi perasaannya.
- Berikan motivasi klien untuk mendiskusikan pikiran dan perasaannya. R/ Motivasi meningkatkan keterbukaan klien.
- Jelaskan penyebab dari harga diri yang rendah. R/ Dengan mengetahui penyebab diharapkan klien dapat beradaptasi dengan perasaannya.
- Dengarkan klien dengan penuh empati, beri respon dan tidak menghakimi. R/ Empati dapat diartikan sebagai rasa peduli terhadap perawatan klien, tetapi tidak terlibat secara emosi.
- Berikan motivasi klien untuk menyadari aspek positif dan negatif dari dirinya. R/ Meningkatkan harga diri.
- Beri dukungan, Support dan pujian setelah klien mampu melakukan aktivitasnya. R/ Pujian membuat klien berusaha lebih keras lagi.
- Ikut sertakan klien dengan aktifitas yang R/. Mengikut sertakan klien dalam aktivitas sehari-hari yang dapat meningkatkan harga diri klien.
- Klien merasa harga dirinya naik.
- Klien mengunakan koping yang adaptif.
- Klien menyadari dapat mengontrol perasaannya.
- Membina hubungan saling percaya dan keterbukaan.
- Bekerja dengan klien pada tingkat kekuatan ego yang dimilikinya.
- Memaksimalkan partisipasi klien dalam hubungan terapeutik.
- Membantu klien menerima perasaan dan pikirannya.
- Membantu klien menjelaskan konsep dirinya dan hubungannya dengan orang lain melalui keterbukaan.
- Berespon secara empati dan menekankan bahwa kekuatan untuk berubah ada pada klien.
- Membantu klien menerima perasaan dan pikiran.
- Mengeksplorasi respon koping adaptif dan mal adaptif terhadap masalahnya.
- Membantu klien mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah.
- Membantu klien menkonseptualisasikan tujuan yang realistik.
- Membantu klien untuk melakukan tindakan yang penting untuk merubah respon maladaptif dan mempertahankan respon koping yang adaptif.
- Mengamati perilaku klien.
- Bersama klien membahas perasaannya.
- Menghargai perasaan klien.
- Mengidentifikasi dukungan yang positif dengan mengaitkan terhadap kenyataan.
- Memberikan kesempatan untuk menangis dan mengungkapkan perasaannya.
- Bersama klien membahas pikiran yang selalu timbul.
- Klien mampu melakukan perawatan diri secara optimal.
- Klien dapat mandi sendiri tanpa paksaan.
- Klien dapat berpakaian sendiri dengan rapi dan bersih.
- Klien dapat menyikat giginya sendiri dengan bersih.
- Klien dapat merawat kukunya sendiri.
- Libatkan klien untuk makan bersama diruang makan. R/. Sosialisasi bagi klien sangat diperlukan dalam proses menyembuhkannya.
- Menganjurkan klien untuk mandi. R/. Pengertian yang baik dapat membantu klien dapat mengerti dan diharapkan dapat melakukan sendiri.
- Menganjurkan pasien untuk mencuci baju. R/. Diharapkan klien mandiri.
- Membantu dan menganjurkan klien untuk menghias diri. R/. Diharapkan klien mandiri.
- Membantu klien untuk merawat rambut dan gigi. R/. Diharapkan klien mandiri
- http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-pasien-dengan_16.html
0 komentar:
:18 :19 :20 :21 :22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29 :30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37 :38 :39
Posting Komentar
Komentar anda sangat penting bagi kami, silahkan berkomentar sesuai dengan isi judul postingan. Komentar yang berbau sara atau pornografi akan kami hapus. Buatlah diri anda senyaman mungkin di blog kami. Terimakasih..!