PASIEN DENGAN HALUSINASI
- Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
- Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
- Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
- Bicara sendiri.
- Senyum sendiri.
- Ketawa sendiri.
- Menggerakkan bibir tanpa suara.
- Pergerakan mata yang cepat
- Respon verbal yang lambat
- Menarik diri dari orang lain.
- Berusaha untuk menghindari orang lain.
- Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
- Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
- Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
- Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
- Sulit berhubungan dengan orang lain.
- Ekspresi muka tegang.
- Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
- Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
- Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
- Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
- Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
- Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
- Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
- Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makan atau pembentukan urine.
- Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.
- Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.
- Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
- Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan.
- Tidak terjadi perilaku kekerasan yang diarahkan kepada diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
- Klien dapat membina hubungan saling percaya Ekspresi wajah bersahabat, klien nampak tenang, mau berjabat tangan, membalas salam, mau duduk dekat perawat.
- Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan/ komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah, baik secara verbal maupun non verbal, perkenalkan nama perawat, tanyakan nama lengkap klien dan panggilan yang disukai, jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji, bersikap empati dan menerima klien apa adanya. Rasional : Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi perawat dan klien.
- Dorong klien mengungkapkan perasaannya. Rasional : Mengetahui masalah yang dialami oleh klien.
- Dengarkan klien dengan penuh perhatian dan empati. Rasional : Agar klien merasa diperhatikan.
- Klien dapat mengenal halusinasinya.
- Klien dapat membedakan antara nyata dan tidak nyata.
- Adakan kontak sering dan singkat. Rasional : Menghindari waktu kosong yang dapat menyebabkan timbulnya halusinasi.
- Observasi segala perilaku klien verbal dan non verbal yang berhubungan dengan halusinasi. Rasional : Halusinasi harus kenal terlebih dahulu agar intervensi efektif
- Terima halusinasi klien sebagai hal yang nyata bagi klien, tapi tidak nyata bagi perawat. Rasional : Meningkatkan realita klien dan rasa percaya klien.
- Klien dapat menyebutkan situasi yg dapat menimbulkan dan tidak menimbulkan halusinasi.
- Diskusikan dengan klien situasi yang menimbulkan dan tidak menimbulkan situasi. Rasional : Peran serta aktif klien membantu dalam melakukan intervensi keperawatan.
- Diskusikan dengan klien faktor predisposisi terjadinya halusinasi. Rasional : Dengan diketahuinya faktor predisposisi membantu dalam mengontrol halusinasi.
- Klien dapat mengontrol halusinasi.
- Klien dapat menyebutkan tindakan yang dapat dilakukan apabila halusinasinya timbul.
- Diskusikan dengan klien tentang tindakan yang dilakukan bila halusinasinya timbul. Rasional : Mengetahui tindakan yang dilakukan dalam mengontrol halusinasinya.
- Klien akan dapat menyebutkan cara memutuskan halusinasi yaitu dengan melawan suara itu dengan mengatakan tidak mau mendengar, lakukan kegiatan : menyapu/mengepel, minum obat secara teratur, dan lapor pada perawat pada saat timbul halusinasi.
- Diskusikan dengan klien tentang cara memutuskan halusinasinya. Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien tentang cara memutuskan halusinasi.
- Dorong klien menyebutkan kembali cara memutuskan halusinasi. Rasional : Hasil diskusi sebagai bukti dari perhatian klien atas apa yg dijelaskan.
- Berikan reinforcement positif atas keberhasilan klien menyebutkan kembali cara memutuskan halusinasinya. Rasional : Meningkatkan harga diri klien.
- Klien dapat memanfaatkan obat dalam mengontrol halusinanya.
- Klien mau minum obat dengan teratur.
- Diskusikan dengan klien tentang obat untuk mengontrol halusinasinya. Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien tentang fungsi obat yang diminum agar klien mau minum obat secara teratur.
- Klien mendapat sistem pendukung keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
- Klien mendapat sistem pendukung keluarga.
- Kaji kemampuan keluarga tentang tindakan yg dilakukan dalam merawat klien bila halusinasinya timbul. Rasional : Mengetahui tindakan yang dilakukan oleh keluarga dalam merawat klien.
- Diskusikan juga dengan keluarga tentang cara merawat klien yaitu jangan biarkan klien menyendiri, selalu berinteraksi dengan klien, anjurkan kepada klien untuk rajin minum obat, setelah pulang kontrol 1 x dalam sebulan. Rasional : Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat klien.
- http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-pasien-dengan_6152.html
0 komentar:
:18 :19 :20 :21 :22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29 :30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37 :38 :39
Posting Komentar
Komentar anda sangat penting bagi kami, silahkan berkomentar sesuai dengan isi judul postingan. Komentar yang berbau sara atau pornografi akan kami hapus. Buatlah diri anda senyaman mungkin di blog kami. Terimakasih..!