PASIEN DENGAN THALASEMIA
- Thalasemia banyak dijumpai pada bangsa di sekitar laut Tengah (Mediteranial) seperti Turki, Yunani, dll. Di Indonesia sendiri, thalasemia cukup banyak dijumpai pada anak, bahkan merupakan penyakit darah yang paling banyak diderita.
- Pada penderita thalasemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala telah terlihat sejak anak berumur kurang dari 1 tahun, sedangkan pada thalasemia minor biasanya anak akan dibawa ke RS setelah usia 4 tahun.
- Anak cenderung mudah terkena infeksi saluran pernapasan atas atau infeksi lainnya. Ini dikarenakan rendahnya Hb yang berfungsi sebagai alat transport.
- Seirng didapatkan data adanya kecenderungan gangguan terhadap tumbang sejak masih bayi. Terutama untuk thalasemia mayor, pertumbuhan fisik anak, adalah kecil untuk umurnya dan adanya keterlambatan dalam kematangan seksual, seperti tidak ada pertumbuhan ramput pupis dan ketiak, kecerdasan anak juga mengalami penurunan. Namun pada jenis thalasemia minor, sering terlihat pertumbuhan dan perkembangan anak normal.
- Terjadi anoreksia sehingga anak sering susah makan, sehingga BB rendah dan tidak sesuai usia.
- Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak seusianya. Anak lebih banyak tidur/istirahat karena anak mudah lelah.
- Thalasemia merupakan penyakit kongenital, jadi perlu diperiksa apakah orang tua juga mempunyai gen thalasemia. Jika iya, maka anak beresiko terkena talasemia mayor.
- Selama masa kehamilan, hendaknya perlu dikaji secara mendalam adanya faktor resiko talasemia. Apabila diduga ada faktor resiko, maka ibu perlu diberitahukan resiko yang mungkin sering dialami oleh anak setelah lahir.
- KU = lemah dan kurang bergairah, tidak selincah anak lain yang seusia.
- Kepala dan bentuk muka. Anak yang belum mendapatkan pengobatan mempunyai bentuk khas, yaitu kepala membesar dan muka mongoloid (hidung pesek tanpa pangkal hidung), jarak mata lebar, tulang dahi terlihat lebar.
- Mata dan konjungtiva pucat dan kekuningan
- Mulut dan bibir terlihat kehitaman
- Dada, Pada inspeksi terlihat dada kiri menonjol karena adanya pembesaran jantung dan disebabkan oleh anemia kronik.
- Perut, Terlihat pucat, dipalpasi ada pembesaran limpa dan hati (hepatospek nomegali).
- Pertumbuhan fisiknya lebih kecil daripada normal sesuai usia, BB di bawah normal
- Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pada usia pubertas tidak tercapai dengan baik. Misal tidak tumbuh rambut ketiak, pubis ataupun kumis bahkan mungkin anak tidak dapat mencapai tapa odolense karena adanya anemia kronik.
- Kulit, Warna kulit pucat kekuningan, jika anak telah sering mendapat transfusi warna kulit akan menjadi kelabu seperti besi. Hal ini terjadi karena adanya penumpukan zat besi dalam jaringan kulit (hemosiderosis).
- Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman O2 ke sel.
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 dan kebutuhan.
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/absorbsi nutrien yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah normal.
- Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sirkulasi dan neurologis.
- Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat, penurunan Hb, leukopenia atau penurunan granulosit.
- Kurang pengetahuan tentang prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan interpretasi informasi dan tidak mengenal sumber informasi.
- Tidak terjadi palpitasi
- Kulit tidak pucat
- Membran mukosa lembab
- Keluaran urine adekuat
- Tidak terjadi mual/muntah dan distensil abdomen
- Tidak terjadi perubahan tekanan darah
- Orientasi klien baik.
- Awasi tanda-tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/ membran mukosa, dasar kuku.
- Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi (kontra indikasi pada pasien dengan hipotensi).
- Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi.
- Kaji respon verbal melambat, mudah terangsang, agitasi, gangguan memori, bingung.
- Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan, dan tubuh hangat sesuai indikasi.
- Kolaborasi pemeriksaan laboratorium, Hb, Hmt, AGD, dll.
- Kolaborasi dalam pemberian transfusi.
- Awasi ketat untuk terjadinya komplikasi transfusi.
- Menunjukkan penurunan tanda fisiologis intoleransi, misalnya nadi, pernapasan dan Tb masih dalam rentang normal pasien.
- Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas, catat kelelahan dan kesulitan dalam beraktivitas.
- Awasi tanda-tanda vital selama dan sesudah aktivitas.
- Catat respin terhadap tingkat aktivitas.
- Berikan lingkungan yang tenang.
- Pertahankan tirah baring jika diindikasikan.
- Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.
- Prioritaskan jadwal asuhan keperawatan untuk meningkatkan istirahat.
- Pilih periode istirahat dengan periode aktivitas.
- Beri bantuan dalam beraktivitas bila diperlukan.
- Rencanakan kemajuan aktivitas dengan pasien, tingkatkan aktivitas sesuai toleransi.
- Gerakan teknik penghematan energi, misalnya mandi dengan duduk.
- Menunjukkan peningkatan berat badan/ BB stabil.
- Tidak ada malnutrisi.
- Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai.
- Observasi dan catat masukan makanan pasien.
- Timbang BB tiap hari.
- Beri makanan sedikit tapi sering.
- Observasi dan catat kejadian mual, muntah, platus, dan gejala lain yang berhubungan.
- Pertahankan higiene mulut yang baik.
- Kolaborasi dengan ahli gizi.
- Kolaborasi Dx. Laboratorium Hb, Hmt, BUN, Albumin, Transferin, Protein, dll.
- Berikan obat sesuai indikasi yaitu vitamin dan suplai mineral, pemberian Fe tidak dianjurkan.
- Kulit utuh.
- Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, aritema dan ekskoriasi.
- Ubah posisi secara periodik.
- Pertahankan kulit kering dan bersih, batasi penggunaan sabun.
- Tidak ada demam
- Tidak ada drainage purulen atau eritema
- Ada peningkatan penyembuhan luka
- Pertahankan teknik septik antiseptik pada prosedur perawatan.
- Dorong perubahan ambulasi yang sering.
- Tingkatkan masukan cairan yang adekuat.
- Pantau dan batasi pengunjung.
- Pantau tanda-tanda vital.
- Kolaborasi dalam pemberian antiseptik dan antipiretik.
- Menyatakan pemahaman proses penyakit, prosedur diagnostika rencana pengobatan.
- Mengidentifikasi faktor penyebab.
- Melakukan tindakan yang perlu/ perubahan pola hidup.
- Berikan informasi tentang thalasemia secara spesifik.
- Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya thalasemia.
- Rujuk ke sumber komunitas, untuk mendapat dukungan secara psikologis.
- Konseling keluarga tentang pembatasan punya anak/ deteksi dini keadaan janin melalui air ketuban dan konseling perinahan: mengajurkan untuk tidak menikah dengan sesama penderita thalasemia, baik mayor maupun minor.
- http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-pasien-dengan_4706.html
0 komentar:
:18 :19 :20 :21 :22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29 :30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37 :38 :39
Posting Komentar
Komentar anda sangat penting bagi kami, silahkan berkomentar sesuai dengan isi judul postingan. Komentar yang berbau sara atau pornografi akan kami hapus. Buatlah diri anda senyaman mungkin di blog kami. Terimakasih..!